“……Allah menjadikan kamu ‘cinta’ kepada
keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu…..” (QS.
Al-Hujuraat [49] ayat 7)
Cinta buta adalah bentuk cinta yang
sangat merusak. Cinta yang dapat mendatangkan musibah dan murka Allah
SWT. Cinta yang melebihi batas kewajaran yang bisa dilakukan oleh
seorang hamba. Baik yang dirasakan atau pun yang terbesit di dalam hati.
Saat sekarang atau di waktu yang akan datang. Karena semua bentuk
kemauan, ucapan dan perbuatannya akan menjadi rusak. Baik secara nyata
ataupun yang tersembunyi, dengan sadar atau pun disaat kesadarannya
menghilang. Sehingga ketauhidannya kepada Allah SWT akan ikut rusak dan
bisa saja menjadi hilang sama sekali.
Orang yang memiliki cinta buta maka ia
akan melakukan segala macam cara demi memenuhi rasa cintanya itu,
sehingga ia pun akan menghalalkan cara-cara yang diharamkan untuk
mewujudkan keinginannya. Mulai dari yang sederhana hingga pada tahapan
yang sangat luarbiasa akan terus ia lakukan. Tidak peduli lagi dengan
larangan dan aturan-Nya, bahkan dosa yang menjadi ancaman Allah SWT
dianggapnya sebagai angin lalu. Ia pun akan menjadi seorang yang sombong
karena tidak takut lagi dengan siksa dan azab Allah SWT di alam kubur
dan akherat, dengan wujud ia tidak pernah khawatir ketika melakukan
hal-hal yang keluar dari ajaran Tuhan yang haq.
Keindahan cinta buta bergentayangan di langit pikiran
Namun keindahan cinta sejati akan menetap di dalam hati
Jika cinta buta hanya berlaku sesaat
Maka cinta sejati tetap abadi selamanya
Namun keindahan cinta sejati akan menetap di dalam hati
Jika cinta buta hanya berlaku sesaat
Maka cinta sejati tetap abadi selamanya
Disebabkan nafsu itu ada dua macam,
yaitu; musma`innah (nafsu yang baik) dan hawaiyah (nafsu yang buruk).
Maka cinta buta adalah suatu penyakit yang timbul oleh sebab seseorang
telah senantiasa menuruti hawa nafsunya yang tidak benar (hawaiyah).
Nafsu hawaiyah ini adalah lawan dari nafsu yang musma`innah karena hanya
mendatangkan musibah dan ketidakbaikan. Nafsu semacam ini kemudian
dibagi menjadi dua macam, yaitu; lawwamah (serakah) dan amarah (emosi,
murka). Contohnya, ketika seseorang ingin menjadi kaya dalam harta benda
tetapi dengan cara korupsi atau disaat menjadi seorang pedagang, maka
ia berbisnis dengan penuh kecurangan. Sehingga agama tidak pernah
dijadikan sebagai pegangan dalam usahanya, melainkan di buang jauh-jauh
dari kehidupannya, atau paling tidak hanya dijadikan sebagai kamuflase
(topeng) agar tidak diketahui oleh orang lain bahwa sebenarnya dia
adalah orang yang jahat. Sedangkan nafsu musma`innah adalah nafsu yang
akan membangkitkan seseorang untuk terus maju dalam kebaikan. Nafsu
semacam ini juga ada dua, yaitu; sufiyah (bagus) dan muthmainnah
(tenang). Contohnya adalah ketika seseorang berhasrat untuk menjadi
orang yang pintar dalam ilmu pengetahuan tetapi senantiasa menjadi
ajaran Islam sebagai pegangan dasar.
Selain itu, cinta buta akan merusak indra
seseorang atau dalam artian bila seseorang berlaku cinta buta maka
kepekaannya menjadi hilang. Kepekaan/ indra disini tidak sebatas yang
nyata (suriya) saja melainkan akan masuk pada hal yang abstrak
(maknawi). Kerusakan pada indra (penglihatan, pendengaran, penciuman,
ucapan, perasa) ini akan terjadi oleh sebab hatinya telah rusak
ter-lebih dulu akibat cinta butanya itu. Sebuah cinta yang hanya
mengedepankan nafsu hawaiyah (buruk) semata. Bahkan pada tataran yang
lebih luas lagi, maka ia akan memandang sesuatu yang buruk itu adalah
sesuatu yang indah. Entah pada dirinya sendiri atau pada sesuatu yang ia
cintai. Mata hatinya pun akan menjadi buta dalam melihat kesalahan dan
dosa, akibatnya mata fisiknya juga ikut menjadi tidak mampu dalam
melihat. Ia pun akhirnya tidak bisa mem-bedakan mana itu yang haq dan
mana itu yang bathil. Sehingga orang seperti ini tidak akan mampu
mengetahui yang sebenarnya dan akan lebih parah dari seorang yang buta
ataupun tuli, karena yang buta dan tuli itu adalah hatinya.
Cinta buta ini pada awalnya akan penuh
dengan kesenangan dan manis rasanya, namun kemudian akan terasa
menyedihkan, penderitaan, sakit hati yang pada akhirnya berujung pada
kebinasaan dan siksa Allah SWT di Neraka. Oleh sebab itu sekali lagi
kita dapat mengambil sebuah pelajaran yang ber-harga dari sikap kaum
Nabi Luth AS yaitu kaum Sadum yang pada akhirnya di hancurkan oleh Allah
SWT dari muka bumi. Kaum ini sungguh melebihi batas karena melampiaskan
kecintaannya dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dan
dilarang oleh Allah SWT, yaitu melakukan perbuatan homoseksual (menyukai
sesama laki-laki) dan lesbian (menyukai sesama wanita) bahkan melakukan
hubungan seksual dengan binatang (ular, anjing, kuda, babi, ayam, dll).
Perbuatan ini sangat dilarang karena
menentang tujuan penciptaan manusia sebagai seorang laki-laki dan
sebagiannya lagi perempuan. Dan tujuan mengapa manusia itu ditakdirkan
dalam berpasang-pasangan, yang tiada lain sebagai cikal bakal lestarinya
umat manusia dan meneruskan keturunannya di muka bumi. Kemudian
ditambah lagi dengan kesenangan mereka terhadap kehidupan duniawi yang
melebihi batas kewajaran. Sehingga setelah Nabi Luth AS puas
mengingatkan dan tidak pernah digubris oleh mereka, Allah SWT pun
akhirnya menurunkan bencana yang sangat dahsyat seperti badai guntur dan
halilintar, gempa bumi, angin topan, hujan deras disertai jatuhnya batu
sijjil, laut yang meluap, dan daratan yang dibalik. Sehingga musnahlah
kaum Sadum ketika itu.
Sungguh sebuah bencana yang bisa timbul
dari penyakit cinta buta ini. Dan penyakit semacam ini tentunya bisa
dicegah atau dilepaskan dari diri seseorang, selama ia mau dan berusaha
lebih jauh dalam mengkaji hakekat ajaran agamanya (Islam). Ketika
sendirian atau dengan bantuan orang yang lebih mumpuni dalam agama. Yang
jelas ada niat dan usaha yang nyata untuk menemukan hidayah Allah SWT
tersebut.
Aku ada bersamanya lalu kumuliakan dirinya
Karena takut agama, akupun tidak jadi pecinta buta
Laksana air yang ada di tangan seorang yang berpuasa
Maka ku ulurkan cinta di kalbunya dengan kesabaran
Karena takut agama, akupun tidak jadi pecinta buta
Laksana air yang ada di tangan seorang yang berpuasa
Maka ku ulurkan cinta di kalbunya dengan kesabaran
Namun sayang, banyak diantara kita yang
sebelum mencobanya telah menghakimi diri sendiri dengan anggapan bahwa
tidak bisa atau tidak memiliki kemampuan. Sehingga dikabulkanlah
anggapan pesimis itu oleh Allah SWT dan seseorang hanya akan menjadi
budak dari nafsunya yang tidak baik (hawaiyah). Ia akan menjadi pewaris
mereka yang lebih dulu durhaka kepada Allah SWT. Dan Neraka yang
dijanjikan Allah SWT sebagai balasan siksa dan hukuman adalah keharusan
yang mesti diterimanya di akherat.
Yakinlah wahai saudaraku sekalian, karena
Allah SWT telah menciptakan penyakit itu pasti dengan obatnya,
Sesungguhnya Allah SWT itu menurunkan sesuatu dengan penuh perhitungan
yang pasti dan tidak dengan sembarangan. Semuanya memiliki perannya
masing-masing yang sesuai dengan tujuan dari penciptaannya. Dan Allah
SWT tentu tidak akan menyengsarakan kita sebagai hamba-Nya, karena Dia
menjadikan kita ada adalah atas dasar cinta yang murni dan agung.
“Allah tidak menurunkan sebuah penyakit
(termasuk penyaki jiwa), kecuali Ia menurunkan obat baginya, ada yang
mengetahui obat tersebut dan ada yang tidak mengetahuinya” (HR.
Al-Bukhari dari riwayat Abu Hurairan RA)
Dan sedikitnya ada tiga cara dalam mengatasi penyakit ini, diantaranya sebagai berikut:
1. Mencegah sebelum terjadi. Artinya;
selalu berpegang teguh pada syariat yang di ajarkan oleh agama (Islam)
dan berusaha untuk terus meningkatkan pemahaman terhadap ajaran itu.
2. Menghilangkan penyakit apabila telah menyerang. Artinya; segera bertobat dengan cara yang sebenar-benarnya (taubatan nasuha). Memohon ampun kepada Allah SWT dan tidak akan pernah kembali kepada perbuatan yang serupa hingga akhir hayat. Dan dalam melewati sisa-sisa hidup, maka harus-lah menjadikan aqidah Islam yang haq sebagai jalannya.
3. Menyibukkan hati dengan hal-hal yang bermanfaat dan sesuai dengan Sunnah Rasulullah SAW. Artinya; selama menjalani hidup dan kehidupan di alam dunia ini, maka selama itu pula seseorang terus berusaha mengalihkan perhatian kepada hal-hal yang dapat menyibukkan hatinya sehingga dapat menghalangi niat untuk melakukan maksiat. Contohnya dengan merasa takut kepada Allah SWT yang sangat dan kecintaan kepada-Nya melebihi apapun jua. Merasa bahwa Allah SWT selalu mengawasi dan mengetahui sekecil apapun yang dilakukan.
2. Menghilangkan penyakit apabila telah menyerang. Artinya; segera bertobat dengan cara yang sebenar-benarnya (taubatan nasuha). Memohon ampun kepada Allah SWT dan tidak akan pernah kembali kepada perbuatan yang serupa hingga akhir hayat. Dan dalam melewati sisa-sisa hidup, maka harus-lah menjadikan aqidah Islam yang haq sebagai jalannya.
3. Menyibukkan hati dengan hal-hal yang bermanfaat dan sesuai dengan Sunnah Rasulullah SAW. Artinya; selama menjalani hidup dan kehidupan di alam dunia ini, maka selama itu pula seseorang terus berusaha mengalihkan perhatian kepada hal-hal yang dapat menyibukkan hatinya sehingga dapat menghalangi niat untuk melakukan maksiat. Contohnya dengan merasa takut kepada Allah SWT yang sangat dan kecintaan kepada-Nya melebihi apapun jua. Merasa bahwa Allah SWT selalu mengawasi dan mengetahui sekecil apapun yang dilakukan.
Sehingga dengan kita yang terus berusaha
menjadikan cinta yang sejati sebagai jalan hidup dan kehidupan, maka
kita pun telah menjadi seorang hamba Allah SWT yang patuh dan
mencintai-Nya sesuai dengan seharusnya. Kita pun telah menjadi seorang
Mukmin yang sejati, bahkan bisa saja akan mencapai tahapan hamba yang
Habibullah (memiliki kesempurnaan cinta). Sehingga rahmat, karunia dan
Syurga Allah SWT yang sungguh indah akan menjadi tempat tinggal kita di
akherat.
Semoga Allah SWT senantiasa membukakan
pintu hati kita dengan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga nanti kita pun
akan kembali kepada-Nya dengan sifat yang fitrah lagi diridhai. Amin.
[Tulisan ini diambil dari buku; Cinta Dua Kalimat Syahadat, karya; Mashudi Antoro]
0 komentar:
Posting Komentar