Semua sudah mengenal apa itu harta. Tidak ada seorang pun yang belum mengerti tentang hal ini. Kemasyhurannya telah menenggelamkan seluruh penjuru dunia. Kedudukan harta sangatlah tinggi dihati manusia, menjadi sesuatu yang sangat dicintai dan berharga bagi mereka. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ (6) وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ (7) وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ (8)
“Sesungguhnya manusia itu sangat
ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, Dan Sesungguhnya anusia
itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya, Dan Sesungguhnya Dia sangat
bakhil karena cintanya kepada harta.” (Qs. Al-Aadiyat: 6-8)
Harta adalah satu tuntutan kebutuhan
pokok manusia untuk hidup di setiap tempat dan zaman, kecuali di akhir
zaman, dimana harta berlimpah ruah sehingga tidak ada seorangpun yang
mau menerimanya karena tidak dapat memanfaatkannya. Waktu itu orang
sangat semangat untuk sholat dan ibadah yang tentunya lebih baik dari
dunia dan seisinya, karena mereka mengetahui dekatnya hari kiamat
setelah turunnya nabi Isa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَ الَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَيُوْشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيْكُمُ ابْنُ مَرْيَمَ حَكَمًا مُقْسِطًا وَ إِمَامًا عَدْلاً فَيُكْسِرُ الصَّلِيْبَ وَ يَقْتُلُ الْخِنْزِيْرَ وَ يَضَعُ الْجِزْيَةَ وَ يَفِيْضُ الْمَالُ حَتَّى لاَ يَقْبَلَهُ أَحَدٌ وَ حَتَّى تَكُوْنَ السَّجْدَةُ الْوَاحِدَةُ خَيْرًا مِنَ الدُّنْيَا وَ مَا فِيْهَا
“Demi Dzat yang jiwaku ditangan-Nya,
telah dekan turunnya Ibnu Maryam pada kalian sebagai pemutus hukum dan
imam yang adil, lalu ia menghancurkan salib, membunuh babi, menghapus
upeti dan harta melimpah ruah sehingga tidak ada seorang pun yang
menerimanya, hingga satu kali sujud lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR Ahmad, dan At-Tirmidzi dan dinilai shahih oleh al-Albani dalam Shahih al-Jaami’ no. 7077)
Akan terjadi juga sebelumnya satu masa
yang berlimpah rezeki hingga khalifah tidak menghitung hartanya dengan
bilangan namun menyerahkannya dengan cidukan kedua telapak tangannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَكُونُ فِى آخِرِ أُمَّتِى خَلِيفَةٌ يَحْثِى الْمَالَ حَثْيًا لاَ يَعُدُّهُ عَدَدًا
“Akan datang diakhir umatku seorang khalifah yang menciduk harta dengan cidukan tidak menghitungnya dengan bilangan.” (HR Muslim no. 7499)
Semua orang telah mengetahui kegunaan
harta di dunia, karenanya mereka berlomba-lomba mencarinya hingga
melupakan mereka atau mereka lalai dari memperhatikan perkara-perkara
penting yang berhubungan dengan harta. Perkara yang berhubungan dengan
perintah dan larangan Allah dan Rasul-Nya, hingga akhirnya mereka tidak
lagi memperhatikan mana yang halal dan mana yang haram. Hal ini telah
dijelaskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau,
يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِي الْمَرْءُ مَا أَخَذَ مِنْهُ؛ أَمِنَ الحَلاَلِ أَمْ مِنَ الحَرَامِ؟!
Akan datang kepada manusia suatu
zaman (ketika itu) seorang tidak lagi perduli dengan apa yang dia
dapatkan, apakah dari yang halal atau haram?! (1)
Demikianlah realita yang terjadi dimasyarakat kita.
Lalu bagaimana sikap islam terhadap harta
ini? Ternyata permasalahan rezeki dan harta telah mendapatkan perhatian
besar dalam al-Qur`an. Bayangkan kata rezeki dengan kata turunannya
diulang sebanyak 123 kali dan kata harta (al-Maal) dengan kata
turunannya diulang sebanyak 86 kali. Padahal Allah tidak mengulang-ulang
satu kata kecuali demikian besar urgensinya untuk sang makhluk.
Sehingga sudah selayaknya kaum muslimin mengenal dan mengerti bagaimana
konsep islam terhadap harta dan sikap yang tepat menjadikan harta
sebagai nikmat yang membawa kepada kebahagian dunia dan akherat. Minimal
mengetahui harta adalah fitnah yang Allah ujikan kepada makhluk-Nya
agar mereka dapat bersyukur dan tegak pada mereka hujjah dan penjelasan
yang terang. Semua itu agar orang hidup dengan harta di atas ilmu dan
dapat bersabar bila tidak memiliki harta ini.
Allah menciptakan manusia dan memberinya kesukaan kepada syahwat harta, sebagaimana firman-Nya,
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآَبِ
“Dijadikan indah pada (pandangan)
manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Qs. Ali Imraan/3:14)
Sehingga Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan besarnya kecintaan manusia kepada harta dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam:
لَوْ كَانَ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ ؛ لاَبْتَغَى ثَالِثاً , وَلاَ يَمَلأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ , وَيَتُوْبُ الله عَلَى مَنْ تَابَ
Seandainya anak Adam memiliki dua
lembah harta; pasti ia menginginkan yang ketiga, sedangkan perut anak
Adam tidaklah dipenuhi kecuali dengan tanah, dan Allah memberi
taubat-Nya kepada yang bertaubat. (2)
Fitnah (Cobaan) Harta
Tidak pungkiri lagi harta adalah fitnah (cobaan) yang Allah berikan kepada hamba-Nya sebagaimana firman Allah,
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan
anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi
Allah-lah pahala yang besar.” (Qs. Al-Anfaal/8: 28)
Bahkan menjadi fitnah besar bagi umat
islam yang merusak dan meluluh lantakkan semua persendian mereka,
sehingga mereka terkapar seperti orang sakit dan menjadi hinaan umat
lain. Akal dan hati mereka terkendalikan oleh harta sehingga lambat lain
lemahlah kondisi mereka. Tentang bahaya firnah harta ini terhadap umat
islam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jelaskan dalam sabdanya,
إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِي الْمَالُ
“Sesungguhnya setiap umat mendapatkan fitnah dan fitnah umat ini adalah harta.” (3)
Demikianlah fitnah harta ini telah
melanda umat islam diseluruh penjuru dunia dan menyeret mereka kepada
bencana yang demikian hebatnya. Hal ini terjadi setelah kaum muslimin
mendapatkan kemenangan dan penaklukan negara-negara besar seperti Rumawi
dan Parsia. Tidak mampu selamat dan menjauhkan diri dari fitnah ini
kecuali yang Allah berikan kemampuan untuk memahami nash-nash al-Qur`an
dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah
memperingatkan harta dengan benar dan tepat. Hal ini membuatnya mampu
melihat sebab-sebabnya dan berusaha menghindarinya. Fitnah ini telah
menghancurkan kaum muslimin sebelum musuh-musuhnya mencaplok wilayah dan
negara islam.
Semua ini telah di jelaskan dengan sangat gamblang dalam hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut:
Memang demikianlah kemenangan dan harta benar-benar fitnah yang dapat menyeret kepada kenacuran dan kelemahan kecuali bila ditempatkan harta-harta tersebut pada tempatnya. Lihatlah bagaimana harta yang menyebabkan seorang menjadi cinta dunia dan takut mati akan melemahkan barisan kaum muslimin sehingga jumlah yang besar tidak memiliki kekuatan lagi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Memang demikianlah kemenangan dan harta benar-benar fitnah yang dapat menyeret kepada kenacuran dan kelemahan kecuali bila ditempatkan harta-harta tersebut pada tempatnya. Lihatlah bagaimana harta yang menyebabkan seorang menjadi cinta dunia dan takut mati akan melemahkan barisan kaum muslimin sehingga jumlah yang besar tidak memiliki kekuatan lagi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“يُوْشَكُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ الأمَمُ كَمَا تَدَاعَى الأكَلَة إِلَى قَصْعَتِهَا” فَقَالَ قَائِلٌ: أَوَمِنْ قِلّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: “بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيْرٌ، وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ، وَلَيَنْزَعَنَّ اللّه مِنْ صُدُوْرِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ، وَلَيُقْذِفَنَّ اللّه فِي قُلُوْبِكُمُ الْوَهْنَ” فَقَالَ قَائِلٌ: يَارَسُوْلَ اللّه، وَمَا الْوَهْنُ؟ قَالَ: “حُبُّ الدُّنيَا وَكَرَاهِيَّةُ الْمَوْتِ”.
“Dari Tsauban beliau berkata, telah
bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: ”Nyaris sudah para
umat-umat (selain Islam) berkumpul (bersekongkol) menghadapi kalian
sebagaimana berkumpulnya orang-orang yang makan menghadapi bejana
makanannya” lalu bertanya seseorang:’apakah kami pada saat itu sedikit?”
Beliau menjawab: ”Tidak, bahkan kalian pada saat itu banyak, akan
tetapi kalian itu buih seperti buih banjir, dan Allah akan menghilangkan
dari diri musuh-musuh kalian rasa takut terhadap kalian dan menimpakan
kedalam hati-hati kalian wahn (kelemahan),”, lalu bertanya lagi:’wahai
Rasulullah apa wahn (kelemahan) itu?”, kata beliau:”Cinta dunia dan
takut mati.” (4)
Sebagaimana yang dikatakan Kaab bin Maalik radhiallahu ‘anhu,
قَالَ: فَبَيْنَا أَنَا أَمْشِي بِسُوْقِ المْدِيْنَةِ، إِذْا نَبَطِيٌ (5) مِنْ أِنْبَاطِ أَهْلِ الشَّامِ، مِمَنْ قَدِمَ بِالطَّعَامِ يَبِيْعَهُ بِالْمَدِيْنَةِ، يَقُوْلُ: مَنْ يَدُلُّ عَلَى كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ، فَطَفِقَ النَّاسُ يُشِيْرُوْنَ لَهُ، حَتَى إِذَا جَاءَنِي دَفَعَ إِلَيَّ كِتَابَا مِنْ مَلِكِ غَسَانَ، فَإِذَا فِيْهِ: أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّهُ قَدْ بَلَغَنِي أَنّ َصَاحِبَكَ قَدْ جَفَاكَ، وَلَمْ يَجْعَلْكَ الله بِدَارِ هَوَانٍ وَلا مُضِيْعَةٍ، فَالْحَقْ بِنَا نُوَاسِكَ
“Ketika aku berjalan-jalan di pasar
Madinah, seketika itu ada seorang petani dari petani-petani penduduk
Syam yang datang membawa makanan untuk dijual di pasar Madinah berkata:”
siapa yang dapat menunjukkan Kaab bin Malik?”lalu orang-orang langsung
menunjukannya sampai dia menemuiku dan menyerahkan kepadaku surat dari
raja Ghossaan, dan aku seorang yang dapat menulis, lalu aku membacanya,
dan isinya: amma ba’du, sesungguhnya telah sampai kepadaku berita bahwa
pemimpinmu telah berpaling meninggalkanmu dan sesungguhnya Allah
tidaklah menjadikan bagimu tempat yang hina dan kesia-siaan, maka
bergabunglah kepada kami, kami akan menyenangkanmu.”
Para musuh islam selalu mengintai kapan penyakit cinta harta menyebar dan merebak dikalangan kaum muslimin.
Ketika fitnah harta ini menyerang kaum muslimin dan terus mendesak setelah penaklukan negeri-negeri yang merupakan kemenangan din islam. Dengannya Allah mengangkat menara syariat dan meninggikan tiang aqidahnya ditambah dengan adanya harta yang berlimpah yang pernah dimiliki negara-negara besar waktu itu. Maka tidak sedikit dari tokoh sahabat dan tabi’in serta para ulama yang shalih yang tidak berhenti mengingatkan dan memperingatkan kaum muslimin dari bahaya yang akan menimpa mereka. Mereka menjelaska jalan yang lurus yang wajib dijalani dengan kesabaran dan mengingatkan mereka dengan kehidupan Rasuullah dan orang yang beriman bersama beliau dan setelah beliau, dalam rangka mengingatkan umat ini dari harta dan fitnahnya. Orang pertama yang mengingatkan hal ini tentunya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Ketika fitnah harta ini menyerang kaum muslimin dan terus mendesak setelah penaklukan negeri-negeri yang merupakan kemenangan din islam. Dengannya Allah mengangkat menara syariat dan meninggikan tiang aqidahnya ditambah dengan adanya harta yang berlimpah yang pernah dimiliki negara-negara besar waktu itu. Maka tidak sedikit dari tokoh sahabat dan tabi’in serta para ulama yang shalih yang tidak berhenti mengingatkan dan memperingatkan kaum muslimin dari bahaya yang akan menimpa mereka. Mereka menjelaska jalan yang lurus yang wajib dijalani dengan kesabaran dan mengingatkan mereka dengan kehidupan Rasuullah dan orang yang beriman bersama beliau dan setelah beliau, dalam rangka mengingatkan umat ini dari harta dan fitnahnya. Orang pertama yang mengingatkan hal ini tentunya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِذَا فُتِحَتْ عَلَيْكُمْ فَارِسُ وَالرُّومُ أَيُّ قَوْمٍ أَنْتُمْ قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ نَقُولُ كَمَا أَمَرَنَا اللَّهُ قَالَ أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ تَتَنَافَسُونَ ثُمَّ تَتَحَاسَدُونَ ثُمَّ تَتَدَابَرُونَ ثُمَّ تَتَبَاغَضُونَ أَوْ نَحْوَ ذَلِكَ ثُمَّ تَنْطَلِقُونَ فِي مَسَاكِينِ الْمُهَاجِرِينَ فَتَجْعَلُونَ بَعْضَهُمْ عَلَى رِقَابِ بَعْضٍ
“Jika telah ditaklukan untuk kalian
negara parsi dan rumawi, kaum apakah kalian? Berkata Abdurrahman bin
Auf:” kami melakukan apa yang Allah perintahkan (6), beliau
berkata:” tidak seperti itu, kalian akan berlomba-lomba kemudian saling
berhasad, kemudian saling membenci lalu saling bermusuhan, kemudian
kalian berangkat ke tempat-tempat tinggal kaum muhajirin dan kalian
menjadikan sebagian mereka membunuh sebagian yang lain.” (7)
Oleh karena itu ketika ditaklukkan gudang harta kisra (raja parsi) Umar bin Khathab radhiallahu ‘anhu menangis dan berkata,
إِنَّ هَذَا لَمْ يَفْتَحْ عَلَى قَوْمٍ قَطْ إِلا جَعَلَ الله ِبَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ
“Sesungguhnya ini tidak dibukakan bagi satu kaum kecuali Allah menjadikan diantara mereka peperangan.”
Dengan demikian harta menjadi salah satu syahwat terbesar yang Allah berikan kepada kita.
Harta Antara Nikmat dan Bencana
Memang harta adalah salah satu syahwat
terbesar yang dimiliki manusia, namun juga menjadi salah satu sebab
mendekatkan diri kepada Allah. Harta menjadi tiang kehidupan seseorang.
Ketika ia berusaha mendapatkan harta yang halal untuk membeli rumah,
menikah dan memiliki anak yang solih serta berbahagia dengan keluarga
dan hartanya, maka hal ini adalah amalan yang disyariatkan. Mukmin yang
kuat lebih baik dari yang lemah, seperti sabda Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam:
الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ ـ لكن النبي عليه الصلاة والسلام رفيق قال : وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ . رواه مسلم عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
Dengan demikian ada anjuran menjadi
hartawan apabila cara mendapatkannya sesuai dengan ajaran islam, sebab
harta adalah kekuatan dalam pengertian kesempatan yang diberikan kepada
hartawan dalam amal shalih tidak terbatas dan terhitung. Dengan hartanya
ia bisa menikahkan para pemuda, mengobati orang sakit, menyantuni para
janda dan memberi makan anak yatim dan orang miskin dan lain-lainnya.
Oleh karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan mukmin yang kaya dekat dari derajat alim yang beramal dengan ilmunya, dalam sabda beliau:
لا حَسَدَ إِلاّ في اثْنَتَيْنِ : رَجلٌ آتَاهُ الله مَالاً فَهُوَ يُنْفِقُ منهُ آنَاءَ اللّيْلِ و آنَاءَ النّهَارِ ، وَرَجُلٌ آتَاهُ الله القُرْآنَ فَهُوَ يَقُومُ بِهِ آنَاءَ اللّيْلِ وَ آنَاءَ النّهَار . متفق عليه
“Demikianlah harta dapat menjadi
sebab seornag masuk syurga, namun juga bisa membuat seorang terbang
terjerumus ke dalam neraka jahannam.”
Ternyata harta itu bisa menjadi nikmat
bila dikeluarkan dan digunakan untuk ketaatan kepada Allah dan akan
menjadi bencana bila digunakan untuk keburukan. Hal ini tergantung
kepada dari mana mendapatkannya dan bagaimana mengeluarkannya. Oleh
karena itu, manusia akan ditanya dihari kiamat tentang hartanya dimana
ia mendapatkannya dan kemana ia infakkan.
Penulis: Ustadz Kholid Syamhudi, Lc.
Artikel www.muslim.or.id
Footnote:
(1) HR. al-Bukhari 2059
(2) HR. al-Bukhari no.6436, Muslim no.1049
(3) HR. at-Timidzi dalam sunannya kitab Az-Zuhd.
(4) Shahih lighairihi (shohih lantaran ada yang lain yang menguatkannya (pen)) dikeluarkan oleh Abu Daud (4297) dari jalan periwayatan ibnu Jabir, ia berkata telah menceritakan kepadaku Abu Abdussalam darinya (Tsauban) secara marfu’
(5) Yaitu petani, dinamakan demikian karena dia mengambil manfaat air.
(6) Kami memuji, mensyukuri dan memohon tamahan keutamaanNya (Annawawiy 18/96).
(7) HR. Muslim (2962).
(2) HR. al-Bukhari no.6436, Muslim no.1049
(3) HR. at-Timidzi dalam sunannya kitab Az-Zuhd.
(4) Shahih lighairihi (shohih lantaran ada yang lain yang menguatkannya (pen)) dikeluarkan oleh Abu Daud (4297) dari jalan periwayatan ibnu Jabir, ia berkata telah menceritakan kepadaku Abu Abdussalam darinya (Tsauban) secara marfu’
(5) Yaitu petani, dinamakan demikian karena dia mengambil manfaat air.
(6) Kami memuji, mensyukuri dan memohon tamahan keutamaanNya (Annawawiy 18/96).
(7) HR. Muslim (2962).
0 komentar:
Posting Komentar